Mengulas tentang Hama Penyakit Durian, sehingga tanaman durian Anda bisa berproduksi dengan kualitas baik.
HAMA PENYAKIT TANAMAN DURIAN
Penggerek Batang (Batocera sp. , Xyleutes sp.)
Hama ini menyerang tanaman durian dengan cara membuat lubang pada batang, dahan, atau ranting. Gejala serangan ditunjukkan dengan tanaman layu, daun kering dan rontok akhirnya mati. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah sanitas kebun serta memusnaskan bagian tanaman yang terserang. Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida sistemik berbahan aktif asefat, metomil, atau metamedophos ke dalam lubang gerekan kemudian ditutup dengan pasak kayu. Dapat pula menaburkan insektisida sistemik berbahan aktif karbofuran dengan dosis 115-150 g/pohon. Interval 3 bulan sekali.
Penggerek Buah (Tirathaha sp., Dacus dorsalis )
Hama ini menyerang tanaman durian dengan cara membuat lubang pada buah. Gejala serangan ditunjukkan dengan buah busuk berulat dan akhirnya rontok. Secara biologi dapat dilakukan dengan aplikasi Beauveria bassiana. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah sanitas kebun serta memusnaskan buah durian yang terserang. Upaya pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida berbahan aktif sipermetrin, klospirifos, profenofos, asefat, metomil, atau metamedophos. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan. Lakukan penyemprotan 10 hari sekali mulai saat pembentukan buah.
Kutu Putih ( Pseudococus sp.)
Kutu putih berbentuk bulat dan berwarna kehijauan, seluruh tubuhnya diselumuti lapisan lilin berwarna putih. Hama ini menyerang tanaman durian dengan cara menghisap cairan daun dan menyelubungi buah durian. Serangan pada bunga menyebabkan kerontokan. Kotorannya sangat manis sehingga mengundang semut serta berpotensi menimbulkan penyakit embun jelaga. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Ulat Daun (Papilia sp., Setora sp., Lymatria sp.)
Hama tersebut menyerang tanaman durian dengan cara memakan daun hingga berlubang dan rusak. Secara biologi dapat dilakukan dengan aplikasi Beauveria bassiana. Upaya pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida berbahan aktif sipermetrin, klospirifos, profenofos, asefat, metomil, atau metamedophos. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan. Lakukan penyemprotan 7 hari sekali pada saat ulat baru menetas.
Fusarium sp.
Penyakit ini merupakan patogen tular tanah dan sangat berpotensi mematikan tanaman. Tanaman terserang menunjukkan gejala layu, jika dibelah, pada bagian korteks akan tampak warna coklat dan pada bagian yang berkayu akan tampak warna merah muda dengan bercak coklat. Tanaman yang terserang dimusnahkan dan dibakar serta bekas lubang tanam ditaburi kapur. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah mengatur kelembaban tanah, terutama menghindari adanya genangan air di areal pertanaman durian. Secara biologi dapat diberikan trichoderma atau Gliocladium pada saat persiapan lahan, dan pengocoran rutin 2 minggu sekali. Dapat juga dilakukan dengan pengocoran pestisida organik pada tanah, misal wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
Phytophthora sp.
Gejala serangan pada buah terdapat bercak kebasahan berwarna cokelat kehitaman, membusuk serta terdapat miselium cendawan berwarna putih. Buah durian terserak akan rontok. Sedangkan gejala serangan pada batang ditandai dengan adanya luka yang mengeluarkan lendir berwarna merah pada kulit batang. Setelah batang busuk, pucuk-pucuk tanaman akan mengering, daun layu dan rontok, dan akhirnya mati. Pengendalian dengan sanitasi kebun, pengaturan kelembaban areal pertanaman durian dengan cara memperlebar jarak tanam, pemangkasan ranting atau cabang tidak produktif. Secara biologi dapat dilakukan dengan pemberian Thricoderma sp. atau Gliocladium pada tanah untuk menekan pertumbuhan patogen yang masih bersifat saprofit. Secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida sistemik dengan bahan aktif metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Penyakit Bercak Daun Colletotrichum sp.
Gejala serangan ditandai dengan adanya bercak-bercak besar kering pada daun tanaman serta mengakibatkan daun tanaman berlubang. Musnahkan daun terserang, lakukan pemangkasan pada ranting atau cabang tidak produktif. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.
Penyakit Akar Putih (Rigodoporus lignosus)
Gejala serangan ditandai dengan adanya daun yang menguning kemudian berubah menjadi coklat sebelum akhirnya mengerut dan gugur. Musnahkan semua tanaman terserang dari areal kebun, gunakan Natural GLIO sebagai pencegahan. Secara biologi dapat dilakukan dengan pemberian Thricoderma sp. atau Gliocladium pada tanah untuk menekan pertumbuhan patogen yang masih bersifat saprofit. Upaya pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida sistemik dengan bahan aktif metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.
Penyakit Jamur Upas (pink disease)
Gejala munculnya cairan kuning pada bagian batang terserang dan diselimuti dengan benang-benang jamur berwarna mengkilat berbentuk seperti laba-laba sehingga menyebabkan kematian pada batang. Musnahkan bagian tanaman yang terserang, pengaturan kelembaban areal pertanaman durian dengan cara memperlebar jarak tanam, pemangkasan ranting atau cabang tidak produktif. Secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida sistemik dengan bahan aktif metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
HAMA PENYAKIT TANAMAN DURIAN
Penggerek Batang (Batocera sp. , Xyleutes sp.)
Hama ini menyerang tanaman durian dengan cara membuat lubang pada batang, dahan, atau ranting. Gejala serangan ditunjukkan dengan tanaman layu, daun kering dan rontok akhirnya mati. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah sanitas kebun serta memusnaskan bagian tanaman yang terserang. Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida sistemik berbahan aktif asefat, metomil, atau metamedophos ke dalam lubang gerekan kemudian ditutup dengan pasak kayu. Dapat pula menaburkan insektisida sistemik berbahan aktif karbofuran dengan dosis 115-150 g/pohon. Interval 3 bulan sekali.
Penggerek Buah (Tirathaha sp., Dacus dorsalis )
Hama ini menyerang tanaman durian dengan cara membuat lubang pada buah. Gejala serangan ditunjukkan dengan buah busuk berulat dan akhirnya rontok. Secara biologi dapat dilakukan dengan aplikasi Beauveria bassiana. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah sanitas kebun serta memusnaskan buah durian yang terserang. Upaya pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida berbahan aktif sipermetrin, klospirifos, profenofos, asefat, metomil, atau metamedophos. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan. Lakukan penyemprotan 10 hari sekali mulai saat pembentukan buah.
Kutu Putih ( Pseudococus sp.)
Kutu putih berbentuk bulat dan berwarna kehijauan, seluruh tubuhnya diselumuti lapisan lilin berwarna putih. Hama ini menyerang tanaman durian dengan cara menghisap cairan daun dan menyelubungi buah durian. Serangan pada bunga menyebabkan kerontokan. Kotorannya sangat manis sehingga mengundang semut serta berpotensi menimbulkan penyakit embun jelaga. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Ulat Daun (Papilia sp., Setora sp., Lymatria sp.)
Hama tersebut menyerang tanaman durian dengan cara memakan daun hingga berlubang dan rusak. Secara biologi dapat dilakukan dengan aplikasi Beauveria bassiana. Upaya pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida berbahan aktif sipermetrin, klospirifos, profenofos, asefat, metomil, atau metamedophos. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan. Lakukan penyemprotan 7 hari sekali pada saat ulat baru menetas.
Fusarium sp.
Penyakit ini merupakan patogen tular tanah dan sangat berpotensi mematikan tanaman. Tanaman terserang menunjukkan gejala layu, jika dibelah, pada bagian korteks akan tampak warna coklat dan pada bagian yang berkayu akan tampak warna merah muda dengan bercak coklat. Tanaman yang terserang dimusnahkan dan dibakar serta bekas lubang tanam ditaburi kapur. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah mengatur kelembaban tanah, terutama menghindari adanya genangan air di areal pertanaman durian. Secara biologi dapat diberikan trichoderma atau Gliocladium pada saat persiapan lahan, dan pengocoran rutin 2 minggu sekali. Dapat juga dilakukan dengan pengocoran pestisida organik pada tanah, misal wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
Phytophthora sp.
Gejala serangan pada buah terdapat bercak kebasahan berwarna cokelat kehitaman, membusuk serta terdapat miselium cendawan berwarna putih. Buah durian terserak akan rontok. Sedangkan gejala serangan pada batang ditandai dengan adanya luka yang mengeluarkan lendir berwarna merah pada kulit batang. Setelah batang busuk, pucuk-pucuk tanaman akan mengering, daun layu dan rontok, dan akhirnya mati. Pengendalian dengan sanitasi kebun, pengaturan kelembaban areal pertanaman durian dengan cara memperlebar jarak tanam, pemangkasan ranting atau cabang tidak produktif. Secara biologi dapat dilakukan dengan pemberian Thricoderma sp. atau Gliocladium pada tanah untuk menekan pertumbuhan patogen yang masih bersifat saprofit. Secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida sistemik dengan bahan aktif metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Penyakit Bercak Daun Colletotrichum sp.
Gejala serangan ditandai dengan adanya bercak-bercak besar kering pada daun tanaman serta mengakibatkan daun tanaman berlubang. Musnahkan daun terserang, lakukan pemangkasan pada ranting atau cabang tidak produktif. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.
Penyakit Akar Putih (Rigodoporus lignosus)
Gejala serangan ditandai dengan adanya daun yang menguning kemudian berubah menjadi coklat sebelum akhirnya mengerut dan gugur. Musnahkan semua tanaman terserang dari areal kebun, gunakan Natural GLIO sebagai pencegahan. Secara biologi dapat dilakukan dengan pemberian Thricoderma sp. atau Gliocladium pada tanah untuk menekan pertumbuhan patogen yang masih bersifat saprofit. Upaya pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida sistemik dengan bahan aktif metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.
Penyakit Jamur Upas (pink disease)
Gejala munculnya cairan kuning pada bagian batang terserang dan diselimuti dengan benang-benang jamur berwarna mengkilat berbentuk seperti laba-laba sehingga menyebabkan kematian pada batang. Musnahkan bagian tanaman yang terserang, pengaturan kelembaban areal pertanaman durian dengan cara memperlebar jarak tanam, pemangkasan ranting atau cabang tidak produktif. Secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida sistemik dengan bahan aktif metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
0 komentar:
Posting Komentar